Madas Nusantara Bentuk Satgas Pemantau Senyap di Pilkada Jakarta, Jusuf Rizal: Lawan Money Politic

JAKARTA — Ormas Madas Nusantara bentuk “Satgas Pemantau Senyap” untuk mengantisipasi adanya Money Politic (Politik Uang) yang dilakukan Tim Paslon ke warga-warga menjelang hari pencoblosan Pilkada 27 November 2024.

“Brigade Komando (Brikom) Madas Nusantara mengendus akan adanya operasi serangan fajar oleh salah satu Poslon yang khawatir suaranya kecil,” kata Ketua Umum Madas Nusantara, HM. Jusuf Rizal,SH kepada media di sekretariat Madas Nusantara, Tebet, Jakarta Selatan, didampingi Ketua Harian, HA. Fauzi dan Sekjen H.Fauzi

“Tentu rumor itu kami sikapi dengan membentuk Satgas Pengawas Senyap (tertutup),” lanjut Jusuf Rizal didampingi Ketua Harian Madas Nusantara HA. Fauzi, dan Sekjen Madas Nusantara H. Fauzi.

Jusuf Rizal menjelaskan, Satgas Pemantau Senyap itu bergerak di bawah tanpa bentuk. Operasi satgas ini tersembunyi alias tidak diketahui masyarakat.

“Itu seperti operasi senyap dengan memanfaatkan jaringan Madas Nusantara di tingkat bawah,” jelasnya.

Jaringan Madas Nusantara yang diterjunkan itu mulai dari pedagang klontong, penjual ikan dan daging, jual barang rongsokan, pedagang sate, kopi starling, dll.

Jusuf Rizal menyebut mereka akan menjadi mata dan telinga di bawah bagi demokrasi, agar pelaksnaan Pilkada berjalan tanpa money politic.

“Berdasarkan pengalaman kami sebagai pemantau Pemilu, titik rawan money politic itu, biasanya H-1 (satu hari sebelum pencoblosan),” ungkapnya.

Adapun bentuk dari money politic itu, lanjut Jusuf Rizal, bisa berupa uang (amplop), paket sembako, pulsa elektronik ataupun dikemas dalam bentuk bantuan sosial, dan sejenisnya.

“Bisa juga main dengan IT dalam proses perhitungan suara,” tegas Jusuf Rizal, pria berdarah Madura-Batak Presiden LSM LIRA (Lumbung Informasi Rakyat) itu.

Selain melalui Satgas Pemantau Senyap Madas Nusantara, Jusuf Rizal yang juga Ketum Indonesian Journalist Watch (IJW) akan melibatkan wartawan guna menyoroti praktek money politic di lapangan. Dengan demikian gerak dari pihak-pihak yang melakukan kecurangan akan lebih terbatas.

Dikatakan, jika ditemukan praktik money politic, Satgas Pengawas Senyap yang dikomandoi Brikom Madas Nusantara langsung eksekusi membawa ke Sentra Gakumdu (Interkoneksi Lembaga Dalam Penanganan Tindak Pemilu).

Jusuf Rizal mengatakan, Tim Satgas Pemantau Senyap teridir dari orang-orang yang berani, yang dibekali aspek hukum maupun fisik.

“Kita ingin Pemilihan Gubernur Jakarta berlangsung Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan Jurdil (Jujur dan Adil). Jangan ada intervensi atau cawe-cawe yang membuat kualitas demokrasi tercederai. Apalagi ada survei-survei bayaran, kita akan gruduk,” tegas Jusuf Rizal, aktivis penggiat anti-korupsi.

Tahap pencoblosan Pilkada Jakarta akan digelar pada 27 November 2024. Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas, Pasangan nomor Urut 3, Pramono-Rano unggul dengan elektabilitas mencapai 38,3 %, disusul Ridwan Kanil-Suswono (34, 6%) dan Dharma-Kun (3,3%).

Dalam survei Litbang Kompas ini, responden yang belum menentukan sikap/pilihan sebanyak 23%.

Nah, seluruh suara yang tipis itu, menurut Madas Nusantara, berpotensi besar memicu adanya serangan fajar atau money politic.